RF AMBUSH :: Private Server RF Online Indonesia
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


RF AMBUSH Official Sites : : Private Server Game : : MMORPG : : Rising Force Online Indonesia : : [Semi RPG]
 
HomePortalLatest imagesRegisterLog in

 

 Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]

Go down 
4 posters
AuthorMessage
andri.okt
Webmaster
Webmaster
andri.okt


Posts : 34
Join date : 2014-07-19
Age : 37
Location : Medan

Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] Empty
PostSubject: Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]   Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] EmptyTue Jul 29, 2014 2:39 am

Sebagaimana dicontohkan dan dianjurkan Rasulullah S.A.W dan para sahabat pada Hari Raya Idul Fitri:

1. Nabi Muhammad S.A.W biasanya melaksanakan shalat Idul Fitri lapang. Beliau tidak menunaikan Shalat Id masjid, kecuali sekali saja, yaitu karena hujan. 

2. Pada saat hari Raya ‘Idul Fitri, Nabi Muhammad S.A.Wmengenakan pakaian terbaik (terindah).

3. Rasulullah biasa makan kurma - dengan jumlah ganjil- sebelum pergi melaksanakan shalat Id.

4. Dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat untuk shalat Id di tanah lapang, sebagaimana hal ini dilakukan oleh Ibnu Umar yang dikenal semangat mengikuti sunnah Rasul.

5. Nabi Muhhammad SAW biasa berjalan (menuju tanah lapang) sambil berjalan kaki. Beliau biasa membawa sebuah tombak kecil. Jika sampai di tanah lapang, beliau menancapkan tombak tersebut dan shalat menghadapnya (sebagai sutroh atau pembatas ketika shalat).

6. Beliau biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri (agar kaum muslimin memiliki kesempatan untuk membagikan zakat fitrahnya) 

7. Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat meneladani Rasulullah tidaklah keluar menuju lapangan kecuali setelah matahari terbit, lalu beliau bertakbir dari rumahnya hingga ke tanah lapang.

Dari beberapa catatan di atas, maka amalan sunah saat lebaran adalah 
1. Mengenakan pakaian terbagus yang dimiliki
2. Makan sebelum berangkat ke tempat shalat Id.
3. Mandi sebelum berangkat ke tempat shakat Id
4. Berjalan kaki menuju tempat shalat Id (kecuali sangat jauh)

(Disarikan dari kitab Zadul Ma’ad, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah)
Back to top Go down
http://rf-ambush.forumotion.net
lothan1st
Real Ambusher
Real Ambusher
lothan1st


Posts : 32
Join date : 2014-07-24
Location : Samarinda

Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] Empty
PostSubject: Re: Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]   Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] EmptyTue Jul 29, 2014 7:19 am

saya tambahin sedikit mas andri .
saat Hari Raya idul Fitri tentu saja semua berharap bahwa puasa mreka di bulan ramadhan di terima sama Allah S.W.T . selama berada di bulan Ramadhan dan di Hari Ied pastinya banyak Doa-doa yg terpanjat .
nah skrng saya mau memberikan secuil yg saya ketahui sewaktu dulu  Smile  .

Sebab doa tak terkabul .

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” (Al Mu’min:60)

”Jangan salahkan Allah bila doa tak dikabulkan dan jangan pula menggerutu atau jemu,” kata Abdul Qadir-Jailani dalam Mafatih al-Ghaib. Yang perlu dipertanyakan adalah mengapa doa kita tak terkabul? Ada dua sebab mengapa doa tertolak. Yaitu, pertama, tidak memperhatikan adab berdoa, baik adab lahir maupun adab batin.

Rasulullah SAW bersabda, ”Doa seorang hamba Allah tetap dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau memutuskan silaturahim atau tak terburu-buru segera dikabulkan.” Seorang sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah maksud terburu-buru?” Rasulullah menjawab, ”Ia mengatakan, ‘aku telah berdoa tapi aku tidak melihat doaku dikabulkan’, sehingga ia mengabaikan dan meninggalkan doanya itu.” (HR Muslim).

Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Nabi Saw lalu bersabda: “Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.” (HR. Ath-Thabrani)

Ketika suatu doa tak segera menampakkan tanda-tanda terijabah, maka seharusnya seseorang tetap berbaik sangka kepada Allah SWT. Sebab, Allah SWT akan mengganti bentuk pengkabulan doa dengan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi si pemohon atau ditunda pengabulannya hingga hari akhirat dalam bentuk deposito pahala. Rasul pernah bercerita, nanti di akherat ada seseorang yang heran mengapa Allah banyak memberinya rahmat-Nya, ternyata semua itu diperoleh dari do’a-do’anya di dunia yang belum terkabul..

Kedua, perilaku buruk. Syaqiq al-Balkhi bercerita, ketika Ibrahim bin Adham berjalan di pasar-pasar Bashrah, kemudian orang mengerumuni beliau. Mereka bertanya, “Mengapa Allah belum juga mengabulkan doa mereka padahal telah bertahun-tahun berdoa”, bukankah Allah berfirman, ”Berdoalah kalian, maka Aku mengabulkan doa kalian.”. Ibrahim bin Adham menjawab, ”HATIMU TELAH MATI DARI 10 PERKARA”, yaitu :

01. Engkau ber-Tuhan-kan Allah, tetapi tidak menunaikan hak-Nya.
02. Engkau membaca kitab Allah, tetapi tidak mau mempraktikkan isinya.
03. Engkau mengaku bermusuhan dgn iblis, ttapi mengikuti tuntunannya.
04. Engkau mengaku cinta Rasul, ttpi meninggalkan suri tauladan dan sunah beliau.
05. Engkau mengaku senang surga, tetapi tidak berbuat menuju kepadanya.
06. Engkau mengaku takut neraka, tetapi tidak mengakhiri perbuatan dosa.
07. Engkau mengakui kematian itu hak, tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
08. Engkau asyik meneliti aib-aib orang lain, tetapi melupakan aib-aib dirimu sendiri.
09. Engkau makan rezeki Allah, tetapi tidak bersyukur pada-Nya.
10. Engkau ikut menguburkan orang mati, tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa itu.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
[Al Baqarah 152-153]

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (Al A’Raaf:205)

وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi (Thaahaa:7)

Baarakallaahu lakumaa wa baaraka ‘alaikum
Back to top Go down
fellomild
Real Ambusher
Real Ambusher
fellomild


Posts : 34
Join date : 2014-07-28
Age : 31
Location : Palembang

Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] Empty
PostSubject: Re: Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]   Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] EmptyTue Jul 29, 2014 3:29 pm

Idul Fitri merupakan salah satu hari raya yang Allah Subhanallahu wa Ta’la anugerahkan kepada kaum muslimin. Dinamakan Idul Fitri karena ia selalu berulang setiap tahun dengan penuh kegembiraan. Diantara bentuk kegembiraan itu adalah makan, minum, menggauli istri dan lain sebagainya dari hal-hal mubah yang sebelumnya tidak boleh dilakukan di siang hari bulan Ramadhan. Namun akan lebih menjadi bermakna, tatkala hari yang mulia tersebut dipenuhi dengan amalan-amalan yang sesuai dengan sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.
Kapan Kita BerIdul Fitri?
Hari raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 1 Syawwal yang dihasilkan dari ru’yatul hilal bukan dengan ilmu hisab. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Berpuasalah berdasarkan ru’yatul hilal dan berhari rayalah berdasarkan ru’yatul hilal. Jika terhalangi oleh mendung (atau semisalnya) maka genapkan bilangan hari bulan tersebut menjadi 30 hari.” (HR. Al-Bukhari)
Idul Fitri dan juga shaum (puasa) Ramadhan merupakan syiar keutuhan dan kebersamaan. Namun sangat disayangkan, terkadang syiar ini ternodai oleh perselisihan dan perpecahan di antara kaum muslimin dalam menentukan Idul Fitri ataupun masuknya bulan Ramadhan. Padahal Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Shaum (puasa) itu pada waktu berpuasanya kalian (kaum muslimin), Idul Fitri pada saat kalian (kaum muslimin) berhari raya Idul Fitri, dan berkurban pada saat kaum muslimin berkurban.” (HR. At-Tirmidzi dengan sanad shahih)
Oleh karenanya, para ulama terpandang  seperti Asy-Syaikh Al-Albani dan Asy-Syaikh Ibnul Utsaimin d menasehatkan agar setiap muslim mengikuti pemerintahnya masing-masing. (Lihat Tamamul Minnah hal. 398 dan Asy-Syarhul Mumti’ 6/322)
Di samping itu, kami juga mewasiatkan kepada pemerintah -semoga Allah Subhanallahu wa Ta’la merahmati mereka- agar melandaskan keputusan masuk dan keluarnya Ramadhan secara syar’i, yaitu dengan ru’yatul hilal dan bukan dengan ilmu hisab.
Hukum Shalat Id
Para ulama berbeda pendapat dalam permasalahan ini menjadi tiga pendapat yaitu: sunnah, wajib kifayah, dan wajib ‘ain. (Lihat Fathul Bari 8/423-424, karya Ibnu Rajab rahimahullah).
Namun perlu diketahui bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya radliyallahu ‘anhum senantiasa mengerjakan shalat tersebut bahkan beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan para gadis dan wanita haidh untuk keluar menuju ke mushalla Id (tanah lapang).
Di Mana Kita Shalat Id dan Apa Tuntunan Syari’at terkait perihal Menuju Tempat Shalat tersebut?
Shalat Id secara syari’at dilaksanakan di mushalla Id (tanah lapang) bukan di masjid, dan inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya radliyallahu ‘anhum, dalam keadaan mereka sangat memahami keutamaan shalat di Masjid Nabawi yang menyamai seribu kali shalat di selainnya (kecuali Masjidil Haram). Tetapi dengan semua itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, Khulafaur Rasyidin dan seluruh sahabatnya radliyallahu ‘anhum tetap melaksanakan shalat Id di mushalla (tanah lapang). Hal ini berlandaskan hadits Abu Sa’id Al Khudri radliyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Dahulu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam selalu keluar menuju mushalla (tanah lapang) untuk melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha…” (HR. Al-Bukhari no. 956)
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sesuai dengan hadits-hadits yang shahih menunjukkan bahwa beliau selalu mengerjakan dua shalat Id di tanah lapang pinggiran kampung, dan ini terus berkelanjutan di masa generasi pertama (umat ini), mereka tidak melaksanakan di masjid-masjid kecuali bila ada udzur atau dalam keadaan darurat, seperti hujan dan sejenisnya. Inilah madzhab imam yang empat dan selain mereka dari para imam.” (Lihat Shalatul ‘Idaini fil Mushalla Hiyas Sunnah, hal. 35).
Sehingga sangat berlebihan orang yang mengatakan bahwa shalat Id tidak boleh dilaksanakan di masjid walaupun ada udzur atau dalam keadaan darurat, demikian pula orang yang mengatakan bahwa tidak ada shalat kalau tidak di tanah lapang.
Adab-adab menuju mushalla (tanah lapang)
Pertama: Berhias dengan pakaian yang terbaik (yang dia miliki), sebagaimana hadits Ibnu Umar radliyallahu ‘anhuma. (HR. Al-Bukhari no. 948)
Kedua: Makan beberapa butir kurma sebelum berangkat, sebagaimana hadits Anas radliyallahu ‘anhu. (HR. Al-Bukhari no. 953)
Ketiga: Berangkat dan pulang melewati jalan yang berbeda, sebagaimana hadits Jabir radliyallahu ‘anhu. (HR. Al-Bukhari no. 986)
Keempat: Mengeraskan takbir semenjak keluar dari rumah sampai ditegakkannya shalat. (Lihat Ash Shahihah 1/279)
Adapun lafazh takbirnya, maka tidak ada satupun hadits yang shahih yang menentukan bacaannya. Hanya saja terdapat beberapa atsar sahabat yang shahih yang menerangkan bacaan tersebut. Diantaranya:
Allahu Akbar Allahu Akbar, Laailaaha illallahu Wallahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamdu atau
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laailaaha illallahu Wallahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamdu, atau yang lainnya. (Lihat Al-Irwa’ 3/125-126)
Di dalam bertakbir tidak disyariatkan untuk dikerjakan secara berjama’ah dengan satu suara. (Lihat Ash-Shahihah 1/279)
Perlu diingatkan, apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dengan menambahkan shalawat di sela-sela takbir. Hal ini merupakan suatu kekeliruan, karena tidak pernah dinukilkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, Khulafaur Rasyidin dan para sahabatnya radliyallahu ‘anhuma.
Apa Yang Dilakukan Setiba Di Tempat Mushalla Id?
Ketika tiba di tempat shalat, hendaknya terus bertakbir hingga imam memulai shalat. Adapun shalat sunnah qabliyyah dan ba’diyyah Id, maka tidak ada tuntunannya, sebagaimana hadits Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma:
“…(Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam) belum pernah sholat  (sunnah) sebelum shalat Id ataupun sesudahnya…”. (HR. Al-Bukhari no. 989)
Tidak Ada Adzan  dan Iqamah
Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits Jabir radliyallahu ‘anhu (HR. Muslim no. 887). Adapun ucapan: “Ash Shalaatu Jaami’ah”, maka Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Yang sunnah adalah tidak mengucapkan itu semua.” (Lihat Zaadul Ma’ad 1/427).
Wajibnya Shalat Menghadap Sutrah
Sutrah adalah sesuatu yang diletakkan di depan orang yang shalat untuk menghalangi orang yang melewati di hadapannya. Memakai sutrah merupakan perkara yang wajib bagi imam dalam shalat berjama’ah, berdasarkan hadits Ibnu Umar radliyallahu ‘anhuma. Beliau berkata:
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam jika keluar menuju shalat Id ke tanah lapang, beliau memerintahkan dibawakan tombak yang ditancapkan di hadapannya kemudian shalat menghadap tombak tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 494 dan 972).
Tata Cara Shalat Id
Shalat Id berjumlah dua rakaat, dimulai dengan takbiratul ihram, kemudian bertakbir 7 kali (selebihnya seperti shalat lainnya). Pada rakaat kedua bertakbir 5 kali selain takbir perpindahan gerakan dari rakaat kesatu menuju rakaat kedua, (selebihnya seperti shalat lainnya). Hal ini yang dijelaskan oleh Al-Imam Al-Baghawi rahimahullah dalam Syarhus Sunnah 4/309. Di antara dasar tata caranya adalah hadits Aisyah radliyallahu ‘anha yang diriwayatkan Abu Dawud dan selainnya dengan sanad shahih. (Lihat Al-Irwa’ no. 639)
Adapun bacaan surat yang disunnahkan padanya adalah Surat Qof dan Al-Qomar. (HR. Muslim no. 892), atau  Surat Al-A’la dan Al-Ghasyiyah (HR. Muslim no. 878)
Dan jika ketinggalan shalat bersama imam, maka shalat 2 rakaat yang dilakukan secara sendirian. Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata: “Bab: Jika Ketinggalan Shalat Id Maka Shalat 2 Rakaat”. (Lihat Fathul Bari 2/550, karya Ibnu Hajar rahimahullah)
Bagaimana Dengan Wanita?
Kaum wanita diperintah oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam untuk menghadiri shalat Id, sebagaimana perkataan Ummu ‘Athiyyah radliyallahu ‘anha: “Kami diperintah untuk menghadirkan gadis-gadis dan wanita-wanita haidh pada 2 hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha -red), agar mereka menyaksikan kebaikan dan syiar dakwah kaum muslimin, sedangkan yang haidh diminta untuk menjauhi tempat shalat.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Namun ada 2 hal yang perlu diingat dalam keluarnya wanita ke mushalla Id:
Pertama: Hendaknya keluar dalam keadaan menutup aurat, dengan tidak berhias, tidak memakai wewangian, dan tidak campur baur dengan laki-laki, karena dilarang oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan bisa menjadi fitnah bagi kaum lelaki.
Kedua: Tidak boleh berjabat tangan dengan selain mahramnya, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam ketika membaiat kaum wanita: “Sungguh aku tidak berjabat tangan dengan wanita (yang bukan mahram).” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Juga sabda beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam: “Benar-benar kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Adh-Dhiyaa’ Al-Maqdisi)
Dan hukum haramnya perbuatan ini ada di dalam kitab-kitab empat madzhab. (Lihat Ahkamul Idain hal. 82)
Hukum Memakai Mimbar Di Dalam Khutbah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah berkhutbah Id dengan memakai mimbar akan tetapi beliau berdiri di atas tanah. Adapun orang yang pertama kali berkhutbah Id dengan memakai mimbar adalah Marwan bin Al Hakam dan perbuatan itu telah diingkari oleh Abu Said Al-Khudri radliyallahu ‘anhu dan dinyatakan bahwa hal itu menyelisihi sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. (Lihat Fathul Bari hadits no. 956 dan Zadul Ma’ad 1/ 429 dan 431)
Kaum muslimin, siapa pun dari kita pasti berharap agar keluar dari bulan suci Ramadhan dalam keadaan suci dari dosa dan penuh dengan karunia serta rahmat ilahi. Maka dari itu marillah kita berupaya untuk menuju kehidupan yang lebih mulia dengan meninggalkan beberapa kemungkaran yang terjadi pada hari raya Idul Fitri atau sebelumnya. Di antaranya adalah:
1.         Menyerupai orang-orang kafir dalam hal berpakaian dan berpesta pora.
2.         Menggelar pesta judi, dan bertamasya ke tempat-tempat hiburan dan maksiat.
3.         Pengkhususan ziarah kubur di hari Id atau sebelumnya.
4.         Pengkhususan malam Id untuk melakukan ritual ibadah tertentu.
5.         Berpuasa di hari Id.
6.         Pelarangan wanita untuk menghadiri shalat Id.
7.         Ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita yang bukan mahram).
8.         Tidak peduli terhadap fakir miskin yang kekurangan di hari itu.
9.         Menghiasi masjid dengan lampu-lampu hias, bunga dan sejenisnya. Karena yang demikian itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya radliyallahu ‘anhu
Back to top Go down
andri.okt
Webmaster
Webmaster
andri.okt


Posts : 34
Join date : 2014-07-19
Age : 37
Location : Medan

Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] Empty
PostSubject: Re: Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]   Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] EmptyTue Jul 29, 2014 9:56 pm

nice info ambusher  cheers
Back to top Go down
http://rf-ambush.forumotion.net
rusuh
Ambush Addict
Ambush Addict
rusuh


Posts : 50
Join date : 2014-07-23
Age : 34
Location : Bekasi

Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] Empty
PostSubject: Re: Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]   Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] EmptyWed Jul 30, 2014 3:15 pm

jihaha..
lanjutkan.. Very Happy
Back to top Go down
http://rusuh-kesepian.blogspot.com
Sponsored content





Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] Empty
PostSubject: Re: Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]   Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri] Empty

Back to top Go down
 
Post Islami [Sunah Rasul saat Hari Raya Idul Fitri]
Back to top 
Page 1 of 1

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
RF AMBUSH :: Private Server RF Online Indonesia :: RF AMBUSH Lounge :: Out Of Topic-
Jump to: